Jumat, 03 Februari 2012

Anak kaki gunung, sebuah pendapat pribadi tentang tayangan sinetron di televisi

Share
Sebuah sinetron baru yang ditayangkan oleh salah satu tv swasta nasional yaitu SCTV, tayang tiap hari senin sampai jum’at jam 17.30 – 18.30 WIB. Berjudul anak kaki gunung. 

Sinetron ini dibintangi oleh Faizul Fawaldi, Farhan Piliang, M. Haryanda, Dewi Irawan, Dorman Borisman, Deddy Mizwar, Afrizal Anoda, Rahman Jacob, Ade Irawan, Ananda Putri, Edi Riwanto, Rafi Zulkha, M Fidzi, Lalil Rahim, Fawwaz, M Fahri Denaya, Aty Cancer, Tissa Biani Azahra, Hafizh.

Sinopsis sinetron ini diceritakan tentang kisah empat bersaudara yaitu Eliana, Pukat, Burhan, dan Amelia adalah anak-anak pasangan Pak Syahdan dan Mak Nur. Keluarga ini tinggal di sebuah kampung yang terletak di kaki gunung Singgalang, Sumatra Barat, yang jauh dari perkotaan. Hanya ada satu sekolah dasar di kampung tersebut, dengan jumlah murid disetiap kelasnya yang tidak lebih dari delapan orang, bangunan sekolahnyapun bisa dibilang tidak layak, dengan Pak Taufik, guru honorer yang telah mengabdi selama 15 tahun sebagai satu-satunya guru disekolah itu. Setiap malam, selain kegiatan bersekolah dipagi harinya. Eliana, Pukat, Burhan, dan Amelia juga mengaji pada Nek Kiba, satu-satunya guru mengaji di kampung itu. Ini adalah kisah tentang kehidupan anak-anak usia sekolah dasar yang hidup dalam kesederhanaan dan berlatar belakang keindahan pesona alam pegunungan yang masih asri, meskipun dengan sarana penunjang pendidikan yang kurang memadai (gedung sekolah yang tidak layak, guru yang terbatas) namun tidak menjadi penghalang bagi anak-anak ini dalam memenuhi hasrat dan keingintahuan mereka tentang ilmu dan kearifan yang diajarkan oleh guru yang penuh pengabdian dan kejujuran (pak Taufik) dan penuh dengan petuah dan budi pekerti yang luar biasa seperti yang ditunjukkan tokoh Nek Kiba, serta tak lupa dengan dukungan dan peranan orang tua anak-anak ini, berusaha memecahkan masalah yang dihadapi dengan kearifan dan kepolosan mereka. peristiwa dalam untaian-untaian adegan dijalin dengan pehuh kegembiraan, keharuan, kepolosan dan kelucuan khas dunia anak-anak. 

Belajar tanpa mengurui begitulah yang bisa aku tangkap dari adanya tayangan ini. Sebab belajar yang terbaik tidak cukup dengan hanya sekedar kata-kata tapi dengan keteladanan. Dan keteladanan itu telah mereka lihat dalam kehidupan mereka sehari-hari lewat guru-guru, orang tua, serta lingkungannya. Semoga lebih banyak lagi tayangan yang memperkaya hati dan wawasan, membumi. 

Semoga berkurang tayangan sinetron yang melukai akal sehat jalan ceritannya, bintang-bintang muda yang hanya berkilau dipandang mata, borjuis, dengan tokoh yang jika tidak penuh dengan hedonisme, pastilah iri dengki.

Salut dan acungan jempol buat Pak Deddy Mizwar. Melalui film, Bapak turut memperlihatkan kepada khayalak umum betapa nilai-nilai luhur budi pekerti bisa tertanam dan menjadi watak bukan semata karena materi dan sarana tapi karena keteladanan dalam keseharian Terimakasih bagi mereka yang terlibat dalam pembuatan dan penayangan sinetron ini yang telah memberi inspirasi bagi kami untuk belajar menata diri untuk berbuat lebih baik lagi dalam bidang yang kita masing-masing tekuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar