Selasa, 28 Februari 2012

Rafflesia Arnoldi ( corpse flower)

Share
Rafflesia Arnoldi


Rafflesia arnoldii

Bunga raksasa berbau busuk ini  juga dikenal sebagai Patma Raksasa penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatera. Seorang pemandu yang bekerja pada Dr. Joseph Arnold yang menemukan bunga raksasa ini pertama kali. Dr. Joseph Arnold sendiri saat itu tengah mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Thomas Stamford Raffles dan  penamaan bunga Rafflesia arnoldii didasarkan dari gabungan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi dan Dr. Joseph Arnold sebagai penemu bunga.

Rafflesia Arnoldi meskipun sama-sama berbau busuk namun bunga ini bukan bunga bangkai. Karena Bunga Bangkai adalah nama untuk Amorphpophallus titanium (Titan Arum) yang merupakan bunga majemuk terbesar.
Amorphpophallus titanium 

Bunga Rafflesia Arnoldi (Rafflesia arnoldii) memiliki bunga yang melebar dengan 5 mahkota bunga. Saat mekar diameter bunga ini dapat mencapai antara 70-110 cm dengan tinggi mencapai 50 cm dan berat mencapai 11 kg. Dasar bunga di bagian tengah berbentuk gentong terdapat benang sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga. keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase keberhasilan pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil, karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan.

Sebagaimana jenis Rafflesia lainnya merupakan tumbuhan parasit obligat. Ia tumbuh di dalam batang liana (tumbuhan merambat) dari genus TetrastigmaRafflesia arnoldii tidak memiliki daun sehingga tidak mampu ber-fotosintesis sendiri. Nutrisi yang dibutuhkan bunga ini diambil dari pohon inangnya.Selain tidak memiliki daun, tanaman ini juga tidak memiliki batang maupun akar. Praktis bagian tanaman Rafflesia Arnoldi yang tampak hanyalah bunganya saja yang berkembang dalam kurun waktu tertentu. Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.

Bunga Rafflesia Arnoldi memang tanaman langka, sulit ditemukan, serta endemik. Apalagi keberadaannya yang seakan bersembunyi selama berbulan-bulan di dalam tubuh inangnya hingga akhirnya tumbuh bunga yang mekarnya hanya seminggu. Sejumlah pihak meyakini bunga Rafflesia Arnoldi atau Patma Raksasa merupakan tumbuhan endemik Sumatera. Bunga raksasa ini hanya dapat dijumpai di Bengkulu. Meskipun di beberapa tempat lain seperti di Aceh dan Malaysia pernah dilaporkan tumbuhnya bunga Rafflesia arnoldii, namun dimungkinkan itu ada Rafflesia dari jenis lainnya.

Kita pantas berbangga bahwa dari sekitar 30-an spesies Rafflesia Indonesia memiliki jumlah jenis terbanyak sejumlah 15 spesies. Dan lebih bangga lagi karena Rafflesia Arnoldi yang merupakan jenis Rafflesia terbesar bahkan memegang rekor sebagai bunga terbesar di dunia tumbuh endemik di Sumatera, Indonesia. Beberapa wilayah yang sering ditemui tumbuh bunga Rafflesia Arnoldi antara lain di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Pusat Pelatihan Gajah (PLG) Seblat (kabupaten Bengkulu Utara), dan Padang Guci Kabupaten Kaur. TNBBS sendiri telah ditetapkan sebagai pusat konservasi tumbuhan ini. Selain itu dari 30-an jenis Rafflesia, hanya Rafflesia patma saja yang telah dapat berkembang biak di luar habitatnya di Kebun Raya Bogor. Bunga Rafflesia Arnoldi meski unik dan langka tapi tidak termasuk dalam status terancam. Bahkan dari sekitar 30-jenis Rafflesia di seluruh dunia, hanya satu spesies saja yang dianggap terancam punah yakni Rafflesia magnifica yang tumbuh di Filipina.

Meskipun demikian,  laju deforestasikebakaran hutan, serta makin ciutnya luas hutan Sumatera menjadi ancaman serius bagi kelestarian bunga raksasa ini. Apalagi ditambah dengan sikap kurang bertanggung jawab dari sebagian masyarakat yang merusak dan mengambil bunga ini. Sebagai langkah preventif dan pelestarian bunga ini telah ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Bengkulu dan sebagai puspa langka satu dari tiga bunga nasional di samping Melati sebagai Puspa Bangsa dan Anggrek Bulan sebagai Puspa Pesona. Semoga kelestariannya tetap terjaga dan menjadi warisan yang bisa dinikmati oleh anak cucu kita dan dunia.


Sumber : diolah dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar